Monday, August 3, 2009

Berbohong dan menipu (Bahagian 2)

Kemunafikan



Meskipun demikian hal ini tidak membuat resistansi menjadi hal yang remeh. Sebaliknya, dengan mengetahui pilihan yang kita miliki sangat terbatas serta membuat kita tidak dapat bertindak tanpa membuat replika dari kondisi yang coba kita kalahkan--hal ini yang membuat RESISTANSI menjadi sangat penting! Hal ini bererti "innocence/ketidakbersalahan" adalah mitos, sebuah konsep counter-revolusionari yang harus ditinggalkan bersama-sama dengan keseluruhan pemikiran pasca kristian. Kristian tradisional menuntut umat manusia menjadi "innocent/ tidak berbuat `dosa`." Pada saat yang sama "dosa" sangatlah sulit dihindari umat kristian (sebagaimana counter-revolusionari sangat sulit dihindari dalam kehidupan keseharian kita), hal ini hanya akan mengarah pada perasaan bersalah dan kegagalan bagi mereka yang percaya, dan hanya membawa seseorang pada suatu perasaan keputusasaan ketika menyadari dirinya tidak mungkin menjadi "innocent" dan "murni". Dampak pelarangan akan "dosa" dalam doktrin kristian hanya semakin membuat pengikut-pengikutnya tergoda dan tergelitik untuk melanggar hal tersebut; karena apapun yang coba dipendamkan oleh fikiran... akan tetap dicari oleh hati meskipun melanggar yang dilarang oleh otoriti. Melihat ini semua tentu saja kita harus belajar dari apa yang telah terjadi dengan orang-orang Kristian sehingga tidak mengulangi kesalahan yang sama--menuntut manusia terbebas dari kemunafikan, terbebas dari implikasi-implikasi yang disebabkan sistem, hanya akan menghasilkan kesan 

yang sama dengan tuntutan Kristian akan pembebasan umat manusia dari dosa: hal ini hanya akan menciptakan frustasi dan keputusasaan bagi mereka yang mencari perubahan, sekaligus membuat kemunafikan semakin menggoda untuk dilakukan. Daripada cenderung mencuci tangan dari implikasi sistem yang kita lawan, kita harus mengambil keuntungan efek-efek negatif yang tidak terhindarkan dalam hidup--dengan menawarkan aktiviti positif untuk menyeimbangkannya. Pendekatan bagi masalah ini akan menyelamatkan kita dari ketakutan akan kemunafikan atau rasa malu akan "kesalahan" --hal-hal yang membuat kita tidak dapat memobilisasi diri dengan baik. Lagipula, menuntut seseorang terbebas dari kemunafikan berarti menolak kompleksitas jiwa manusia. Hati manusia bukanlah hal yang sederhana; setiap mahluk hidup memiliki beragam variasi keinginan yang menarik mereka ke berbagai arah. Meminta seseorang hanya mengejar sebahagian dari keinginannya dan menghindari keinginan lainnya adalah sama dengan meminta orang tersebut selamanya tidak memenuhi keinginannya... dan membuatnya selamanya penasaran.

Hal - hal diatas merupakan kecenderungan tipikal pemikiran ideologi yang dogmatis dan telah mengakar kuat selama berabad-abad: memaksa satu individual menjadi loyal akan satu bentuk aturan dan hanya mengikuti dan setia sampai mati pada aturan tersebut menekannya untuk tidak melakukan apa yang ingin dilakukan dalam hidupnya. Mungkin benar kata orang bahwa keseluruhan dari "saya" dalam diri seseorang hanya dapat diekspresikan dalam bentuk kemunafikan. Tentu saja seseorang membutuhkan satu formula dalam acuan-acuan bagi keputusan yang ingin dibuatnya, tetapi sesekali tidak menggunakan acuan-acuan tersebut kadang mencegah stagnasi dan menawarkan kesempatan melihat apakah acuan-acuan tersebut masih valid atau memerlukan re-evaluasi? Seseorang yang tidak takut akan kemunafikan memiliki kemungkinan lebih kecil untuk "sell out/menjual dirinya", karena mereka pernah merasakan "buah terlarang" tanpa merasa terpaksa membuat pilihan kekal dalam hidupnya. Orang ini telah memiliki antibodi akan rasa malu dan keputusasaan yang biasanya mempengaruhi orang-orang yang melakukan pencarian lewat jalan "innocency/ketidakbersalahan."


p/s: poster di atas hanya sekadar hiasan

No comments:

Post a Comment