Monday, April 12, 2010

Jerusalem

Palestina Enggan Tunduk


Kami selalu berbondong dalam kubah rasa takut, juga

cemeti yang rajin melecut, berjalan lurus menuju plaza

tanah perjanjian itu. Kami selalu memaklumi diri sebagai

prajurit dengan pemimpin sebayang impian untuk sampai

pada Jalan Keselamatan, Darussalam yang tak pernah diketahui

titik bujur dan lintangnya dalam perjalanan hidup kami.

Kami selalu menjadi hikayat sebelum dilahirkan, dan tak

terbaca lagi nama kami setelah kematian. Kami adalah sebuah

garis takdir yang beredar pada orbit di luar peradaban, bermandi

debu dan darah, bermain peluru dan granat, yang kisahnya

senantiasa dibaca penuh hikmat oleh hampir seluruh umat,

dielu-elukan dalam puisi yang gemetar, meski mereka hanya

melihat secara samar-samar



Mungkin di jejak pendahulu kami ini ada sisa sujud untuk

diteruskan.



Perjalanan tak putus pandangan adalah shaf-shaf gaib yang

gema suara imamnya terlampau lirih untuk dicatat

pada buku perdamaian. Mereka belum sempat mendengar jelas

untuk menuliskan maklumat, terburu tinta itu kesat



Kota itu, entah apa namanya, telah mengubur dirinya

dalam timbunan jenazah kami


sumber : sepanjangbraga

p/s : untuk mengetahui tentang bagaimana cara anda boleh turut serta dalam memberi bantuan kepada rakyat Palestin, sila lawati Aman Palestin

No comments:

Post a Comment